Perang Media di Laut Cina Selatan

Konflik Laut Cina selatan merupakan konflik diantara Filipina dan Cina, meskipun tidak hanya kedua negara tersebut yang terlibat, tetapi secara garis besar yang paling berpengaruh adalah kedua negara tersebut. Tetapi tahukah anda mengapa Laut Cina selatan begitu penting bagi Cina dan Filipina? berikut penulis akan memberikan dua alasan besar mengapa kawasan ini begitu penting.

Alasan yang pertama, menurut badan informasi energi AS kawasan tersebut mengandung cadangan minyak bumi sebesar 11 miliar barel serta gas alam hingga 190 triliun kaki kubik, yang tentu saja ini menjadi hal yang sangat penting bagi kedua pihak untuk mempertahankan sumber kekayaan alam tersebut mengingat harga minyak yang cukup mahal.alasan yang kedua, pada tahun 2035 90% jalur perdagangan minyak dari Timur tengah akan melewati kawasan tersebut. Sehingga hal tersebut menjadi pertimbangan kedua negara tersebut untuk mempertahankan kawasan ideal tersebut.

Konflik memperebutkan daerah ideal ini telah berlangsung dari abad ke-19 ketika Inggris mencoba untuk mengklaim kepulauan Spartly, lalu di ikuti oleh Jepang pada waktu perang dunia ke-dua yang menggunakannya sebagai basis kapal selam kekaisaran. Lalu setelah perang dunia ke-dua selesai, Cina, dan Filipina mengklaim kawasan tersebut. Bebagai upaya telah dilakukan mulai dari negosiasi sampai peletakan alusista seperti kapal-kapal milik AS (sekutu Filipina) maupun miliki Cina sendiri di sekitaran laut Cina selatan. 

Berbagai usaha dilakukan oleh kedua belah pihak, masyarakat sipilpun ikut berdemo dan mendukung masing-masing pemerintahan untuk berjuang. seperti yang dilakukan di Manila, Filipina pada hari rabu tanggal 24 Juli 2013.

 
  sumber:YouTube



Demo yang dilakukan di depan gedung konsulat Cina di Makati ini mendapat respon sinis dari Daily China (media masa lokal asal Cina), media tersebut melaporkan bahwa jumlah pendemo hanya berjumlah "beberapa ratus" orang dan tidak seperti yang direncanakan yaitu berjumlah 5.000 orang. Selain itu, surat kabar lainnya Global Times asal Cina menuliskan kritikan terhadap demo tersebut serta menyatakan bahwa demonstrasi lain di Manila lebih banyak jumlahnya (demo kasus lain bukan South China Sea Conflict).
"Protes tersebut tidak begitu ramai dan sensasional seperti demonstrasi beberapa hari yang lalu dimana ribuan pemrotes meneriakkan ketidaksetujuan mereka terhadap pemerintah Filipina dan membakar patung Presiden Benigno Aquino III," katanya.
Global Times juga menyebutkan keyakinan orang Filipina tentang perselisihan teritorial yang terus berlanjut. "Tampaknya kebanyakan orang Filipina mengerti bahwa konfrontasi radikal dengan China mengenai masalah Laut China Selatan akan gagal," tambahnya.

Dilansir pada tanggal 26 Juli 2013, "Chinese media mocked low turnout of anti-China protest" oleh Manila Channel (media lokal Filipina) menuliskan bahwa kedua media dari Cina dinilai telah mengolok-olok para demonstran. 

Hingga sekarang konflik kepentingan di laut Cina selatan masih tersus berjalan, peran militer, masyarakat, hingga media sangat penting dalam menanggapi hal tersebut. Seperti yang terjadi diantara media-media lokal Cina dan Filipina, perlawanan bukan hanya terjadi dan dilakukan dengan senjata, tetapi perlawanan juga dapat dilakukan dengan media. 

Sumber: YouTube, Kompas, Global Times, China Daily, Manila Channel
 

Comments

  1. John-Kun...

    Ambil sudut temanya udh bagus. Top!
    Pernyataan media-media Tiongkok juga ada.
    Tp...sy kok ga menemukan peryataan media Filipina yaa ;(

    Note: RT (Russia Today) is a Russian international television network
    funded by the Russian government.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Red Canteen

New Media Review